BANJARNEGARA,iNewsBanjarnegara.id-Sejumlah siswa SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara melakukan observasi cagar budaya sebagai bagian dari upaya penulisan karya ilmiah. Observasi dilakukan pada dua tempat cagar budaya yang ada di Desa Singamerta, Kecamatan Sigaluh Banjarnegara.
Dua lokasi tersebut yakni bendungan Singamerta yang dibangun tahun 1980 dan Stasiun kereta Api Singamerta, Kecamatan Sigaluh. Kondisi dua cagar budaya yang berdekatan ini berbanding terbalik.
Bendungan Singamerta masih berfungsi dengan baik dan menjadi sumber irigasi bagi lahan pertanian seluas 5.759 hektare.
"Beberapa kondisi bangunan bendungan ini memang ada perubahan, namun secara umum masih berfungsi dengan baik, begitu juga dengan bendungan Bandjar Tjahyana yang dulu menjadi mega proyek di zaman kolonial masih bisa berfungsi," kata Umi Asih siswa yang melakukan observasi di bendungan Singamerta.
Kondisi berbalik justru dialami oleh Sofi Eriani siswa SMAN 1 Sigaluh lainnya yang melakukan observasi di bangunan stasiun Singamerta, cagar budaya ini dalam kondisi yang sangat memrihatinkan, padahal stasiun ini dulunya menjadi jantung transportasi masyarakat Banjarnegara.
"Kondisinya sangat memrihatinkan, bahkan bangunan utama seluas 281 meter persegi ini sudah ambruk, dan sebagian tembok juga sudah runtuh dan ditumbuhi banyak rumput liar, bahkan atap bangunan sudah ambruk," katanya.
Untuk itu, dirinya berharap para pihak terkait baik dari PT KAI, Pemerintah Desa, maupun masyarakat lainnya bisa memperhatikan kondisi, sebab bangunan ini menjadi saksi sejarah dalam dunia transportasi dan nadi erekonomian masyarakat Banjarnegara.
Ketua Asosiasi Guru Sejarah (AGSI) Jawa Tengah yang juga guru SMAN 1 Sigaluh Heni Purwono mengatakan, pihaknya sengaja membawa para siswa untuk melakukan observasi lapangan.
"Dengan cara itu, mereka jadi melihat langsung permasalahan cagar budaya yang ada di kotanya. Kita berharap ada solusi, atau paling tidak menggugah kesadaran mereka sebagai pewaris dari objek-objek bersejarah yang ada di kota ini," katanya.
Editor : Adel