BANJARNEGARA,iNewsBanjarnegara.id-Meski buku memiliki adiksi yang membuat orang akan ketagihan membaca, namun pada kenyataanya, buku masih kalah dengan gawai, khususnya di kalangan pelajar dan anak muda.
Untuk itu, butuh perjuangan dan pengenalan sejak dini yang dimulai dari lingkungan keluarga, khususnya orang tua agar anaknya gemar membaca. Selain itu, peranan orangtua dalam pembatasan penggunaan gawai pada anak juga memiliki peranan penting dalam menyetak generasi bangsa ke depan. Hal itu dikatakan oleh Heni Purwono dalam acara Parenting PAUD Langkah Langkah Mungil (LLM), di Sokanandi, Banajarnegara.
Menurutnya, banyak cara dilakukan oleh orangtua agar buku tidak kalah dengan gawai, termasuk dengan menyediakan ragam aneka buku yang menarik.
"Di rumah harus ada rak buku yang berisi banyak buku dan terjangkau oleh anak-anak. Sejak bayi, kenalkan anak dengan buku bantal, atau board book yang aman bentuknya. Dekatkan anak dengan buku-buku, lama-lama ia akan tertarik membaca," katanya.
Selain itu, orangtua juga harus suka membacakan buku kepada anak. Hal itu selain memberi keteladanan, juga membangun bonding dengan anak.
"Jangan sampai orang tua sibuk dengan gawai, anak disuruh membaca. Tidak akan berhasil, karena gawai memiliki kekuatan audio visual, sementara buku hanya memiliki kekuatan visual," katanya.
Pengelola PAUD LLM Tuty Kurniawati mengatakan, butuh kerjasama antar suami istri dalam keluarga untuk membentuk anak yang gemar berliterasi. Selain kepala keluarga memberi anggaran untuk membeli buku, juga diupayakan Ayahlah yang lebih sering membacakan buku untuk anaknya.
"Seorang ibu kan sudah capek seharian bekerja di rumah menjaga anak, nah Ayah seharian bekerja mencari nafkah. Maka saat sore atau malam menjelang tidur, saat santai, Ayah bisa membacakan buku untuk anak-anak. Ini membangun kedekatan dengan anak. Juga untuk anak laki-laki, harus dibacakan dengan ekspresi laki-laki. Ini ibu-ibu akan sulit melakukannya. Pada saat itu, Ayah sebenarnya juga sedang mendidik maskulinitas," katanya.
Editor : Adel