Akibat Sedimentasi Waduk,PLTA Mrica Terancam Berhenti Produksi Listrik

BANJARNEGARA,iNewsBanjarnegara.id-Pembangkit listri tenaga air atau PLTA Mrica Banjarnegara terancam berhenti produksi ditahun 2025. Pasalnya, sedimentasi berupa tanah, pasir bahkan sampah masuk waduk Mrica atau Bendungan Panglima Besar Sudirman yang terletak di Kecamatan Bawang Bajarnegara sangat parah dengan besaran 6,6 juta meter kubik tiap tahunnya. Hal tersebut disampaikn GM Indonesia Power PLTA Mrica Banjarnegara, Nazrul Very Andhi, Jumat (29/9/2023). 

" Saat ini luasan air hanya tinggal 14 persen dari luasan 6 kilometer persegi. Jika tidak tertangani sedimentasinya, 2025 akan selesai atau tidak produksi listrik lagi," katanya.

Pasalnya, sedimentasi yang terlalu banyak sehingga merubah fungsi waduk yang harusnya menampung air untuk diubah menjadi listrik menjadi hanya menjadi jalur arus air untuk mengalir ke sungai-sungai yang ada di hilir. 

PLTA Mrica merupakan bagian dari suplay interkoneksi listri Jawa, Bali, Banten dan Jogjakarta. " Pemerintah mempunyai program sebagai imbas dari perubahan iklim yakni mempensiunkan pembangkit listrik tenga uap atau PLTU yang berbahan bakar batu bara dengan menambah pembangkit green energy seperti pembangkit listrik tenaga air, tenaga panas bumi, tenaga surya, tenaga ombak laut dan angin," katanya.

Yang sudah ada, kata dia, termasuk PLTA Mrica harus dirawat dan mempertahankan produksi 3 x 60 mega watt dengan total 180 mega watt. Jika tidak, target pemerintah sebesar 23 persen energi baru terbarukan baru tercapai 12,7 persen. "Jika PLTA Mrica sampai tidak beroperasi, tentu target listrik negara tidak akan tercapai bahkan makin menjauh dari target," katanya.

Berdasarkan data dari Humas PLTA Mrica, ditahun 1989 tercatat volume awal waduk sebesar 148,29 juta meter kubik. Tahun 2022 tercatat tinggal 19,39 juta meter kubik. Waduk Mrica saat ini terisi 13,08 persen terisi air dan 86,92 persen berupa sedimentasi. Cakupan catchment area 1022 kilometer persegi sedangkan luas waduk Mrica 8 kilometer persegi atau 6 persen dari catchment area. (ard)

Editor : Adel