DEMAK,iNewsBanjarnegara.id-Perjuangan para ulama dan kiyai pada masa penjajahan sangatlah besar, untuk itu Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen mengajak para santri untuk mencintai tanah air demi menghormati perjuangan kara kiyai dalam merebut kemerdekaan RI.
Untuk itu, para santri juga memiliki kewajiban untuk bersama-sama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk penghormatan pada para ulama terdahulu yang telah berjuang demi kemerdekaan negara ini.
Dalam diskusi bertema 'Peran Santri Dalam Menjaga Asas Tunggal Pancasila dan NKRI' yang dilakukan di Ponpes Salafiyah Syafiiyah, di Desa Jatisono, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak ini, Wagub juga menyebutkan bahwa para ulama dan santri terdahulu juga ikut berperan dalam mereut kemerdekaan Indonesia, sehingga para santri ini perlu menghormati perjuangan mereka dengan menjaga keutuhan NKRI.
Bahkan perjuangan para santri dan Kiai tercatat dalam sejarah resolusi jihad yang digaungkan KH. Hasyim Asyari. Menurutnya, dimulai dari itu, banyak santri yang turut mengangkat senjata mempertahankan kemerdekaan RI saat agresi militer Belanda berlangsung.
"Keputusan Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika adalah kesepakatan. Umat muslim diwajibkan menaati kesepakatan tersebut. Kalau kita sudah berjanji mempertahankan NKRI, kita harus mengusung perbedaan untuk kemajuan. Itu sudah sepakat. Kalau kita tidak bisa menaati kesepakatan itu, apakah kita bisa disebut santri yang samina wa athona?," kata Taj Yasin.
Satu upaya dalam menjaga keutuhan NKRI adalah dengan saling menghormati dan sikap toleransi. Baginya, Indonesia bukan hanya ditinggali oleh penduduk muslim saja. Banyak masyarakat non muslim yang juga memiliki kontribusi di Indonesia.
"Dalam agama Islam diajarkan mengenai toleransi, bagaimana Nabi Muhammad SAW membangun Madinah. Di sana juga dibuat Piagam Madinah yang di dalamnya terdapat orang non muslim. Kita diajarkan untuk menjaga hubungan dan bersinergi untukditerapkan di negeri ini," katanya.
Lebih jauh, wagub juga menerangkan pentingnya santri untuk semakin modern. Menurutnya, para santri jangan hanya mengaji kitab saja, tapi perlu membekali diri dengan ilmu-ilmu lainnya. Agar santri bisa terlibat lebih dalam memajukan negara Indonesia.
Ia menyontohkan dalam lingkungan Pemprov Jateng diberlakukan kebijakan pemotongan zakat 2,5 persen dari gaji. Hal itu, imbuhnya, sudah berlangsung sejak tahun 2013, namun belum secara keseluruhan. Begitu dirinya menjabat sebagai wagub, kebijakan tersebut diperluas bagi seluruh ASN di Pemprov Jateng.
"Santri perlu belajar banyak hal lainnya di luar ngaji kitab. Santri juga perlu masuk menjadi bagian dari pemerintahan. Agar bisa memberikan kontribusi sesuai jalur masing-masing," katanya.
Editor : Adel