BANJARNEGARA,iNewsBanjarnegara.id-Aneka lomba digelar oleh masyarakat jelang perayaan HUT RI yang diperingati setiap 17 Agustus, mulai dari lomba permainan hingga menghias tumpeng. Hal ini juga yang dilakukan oleh siswa SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara dalam menyambut kemeriahan HUT RI tahun 2023.
Gelaran lomba menghias tumpeng antar kelas ini dilakukan oleh siswa secara bergotong royong, para siswa ini dengan bahu membahu membagi tugas, mulai dari memasak, hingga menghias tumpeng dengan kreatifitas masing-masing.
Selain lomba tumpeng, aneka kegiatan lomba juga dilakukan olag para siswa ini, mulai dari lomba senam gerak, goyang kompak, paduan suara, serta aneka lomba lainnya. Dari kegiatan lomba tumpeng ini, terkumpul sekitar 22 tumpeng karya siswa yang mewakili masing-masing kelas.
Tumpeng-tumpeng yang dilombakan merupakan karya siswa dengan aneka kretaifitasnya, para peserta mengakui jika ada tantangan dan kesulitan tersendiri dalam membuat tumpeng, namun juga menyisakan kepuasan setelah tumpeng tersebut rampung dengan hiasan yang bertemakan kemerdekaan.
"Ini pengalaman pertama saya membuat tumpeng, seru juga, mulai dari memasak nasi, membuat cetakan, memasak lauk, hingga merias. Semua dilakukan bersama denan teman-teman, tentu ada kepuasan bagi kami," kata Lili Puspita, Siswa kelas XII IPS 2 SMAN 1 Sigaluh.
Aneka bentuk hiasan tumpeng pun sangat menarik. Ada yang bernuansa merah putih, ada pula yang membuat telur menjadi aneka bentuk yang lucu-lucu.
Tumpeng sendiri memiliki filosofi yang sangat tinggi bagi masyarakat Indonesia, dengan bentuk runcing ke atas melambangkan satu kesatuan dan simbul memohon pada sang maha kuasa.
Guru Sejarah SMAN 1 Sigaluh Heni Purwono mengatakan, lomba menghias tumpeng ini merupakan bagian dari upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan. Menurutnya, sejak dini anak-anak sekolah harus dikenalkan kebudayaan beserta filosofinya.
"Tumpeng kan bagian dari ekspresi dari kondisi geografis Jawa khususnya yang banyak pegunungan atau meru dalam bahasa Sansekerta. Di masa lalu, zaman pra sejarah dan zaman Hindu Budha, gunung dianggap sebagai tempat yang suci. Tempat bersemayam para Dewa. Namun setelah Islam dianut mayoritas masyarakat, tradisi ini menyesuaikan diri, dan dimaknai berbada lagi," katanya.
Tumpeng sendiri dalam istilah jawa mengandung arti 'Yen Metu Kudu Sing Mempeng' yang artinya jika keluar harus bersungguh-sungguh.
Editor : Adel