SEMARANG,iNewsBanjarnegara.id-KH Taj Yasin Maimoen mengajak semua pihak untuk dapat saling menghormati, termasuk untuk tidak membeci karena adanya rasa tidak suka terhadap suatu pemikiran seorang tokoh. Hal ini diungkapkan saat mengisi pengajian Maulid di Semarang.
Menurutnya, masalah rasa tidak suka ini terkadang menjadi pemicu rasa benci, bahkan dia juga mengaku pernah merasakan dan berada dalam situasi tersebut. Namun hal tersebut segera diingatkan oleh ayahnya yang merupakan ulama besar, Alm KH Maimoen Zubair.
"Pernah ada tamu dari Arab, datang ke rumah Mbah Maimoen. Karena Mbah Maimoen itu senang dengan ilmu, jadi ulama itu diberikan waktu untuk memberikan mauidhoh hasanah," ujarnya.
Selesai memberikan mauidhoh hasanah, ulama yang merupakan ahli tafsir itu bercerita mengenai kepemimpinan presiden negara Arab. Saat momen ini, wagub merasa tidak cocok dengan apa yang diutarakan sang ulama. Dalam batinnya mengatakan, alim ulama tidak seharusnya menyampaikan sesuatu yang berpotensi menjadi fitnah.
"Wah nggak cocok saya ini. Karena nggak cocok, terus mlipir, pindah. Saat saya pindah, dipanggil Mbah Maimoen," ujarnya.
Pada saat itu, KH Maimoen Zubair meminta kepada dirinya untuk mengambilkan uang dan dimasukkan ke dalam amplop. Setelah melaksanakan perintah tersebut, amplop berisikan uang tersebut kemudian diserahkan kepada Mbah Maimoen. Tapi ternyata, Mbah Maimoen meminta dirinya untuk menyerahkan amplop tersebut kepada sang ulama.
"Saya lagi tidak cocok, malah disuruh menyerahkan uangnya. Ketika saya sudah menyerahkan uang ke ulama, dan ulamanya pulang, Mbah Maimoen baru menyampaikan kepada saya," ujarnya.
Saat itu, Mbah Maimoen mengingatkan, ketika tidak merasa cocok dengan pemikiran seseorang, jangan dimasukkan ke hati. Yang perlu dilakukan adalah menghormati ilmu yang dimilikinya.
"Aku juga nggak cocok dengan pidato politiknya tadi. Tapi aku menghormati ilmunya. Sebab kakak-kakakmu, ulama-ulama Indonesia banyak yang membaca kitabnya dan banyak yang menjadi muridnya. Ini menghormati ilmu," kata Wagub seraya mengingat pesan ayahandanya.
Dari kisah ini, Wagub pun memberikan pesan, agar jangan sampai membenci tokoh karena tidak sepaham dengan pemikirannya. Tetaplah menghormati ilmu yang dimilikinya dan tetapi tidak perlu memakai pemikirannya. Sebab, dengan membenci, apalagi sampai orang lain terpengaruh ikut membenci, akan membuka celah persoalan yang lebih besar.
"Jangan sampai kita ikut menghujat. Menjelek jelekkan. Ini bahaya," katanya.
Editor : Adel
Artikel Terkait