BANJARNEGARA,iNewsBanjarnegara.id - Pusat Rehabilitasi YAKKUM dengan dukungan MiracleFeet dan Rumah Sakit Emanuel Klampok Banjarnegara menyelenggarakan Perayaan World Clubfoot Day. Kegiatan dilaksanakan di aula RS Emanuel Purwareja Klampok, Rabu (12/6/2024). Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang diselenggarakan di berbagai kota dan merupakan bagian dari kampanye global RunFree2030.
Tema dari World Clubfoot Day tahun ini adalah “Walk, Play, and Run Free,” ini menjadi motivasi bagi Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRYAKKUM) untuk mengadakan Pelatihan Deteksi Dini & Rujukan Clubfoot/CTEV bagi Tenaga Kesehatan (Bidan) dan pertemuan orang tua anak dengan clubfoot untuk meningkatkan kesadaran dan membangun komunitas dukungan (family support group).
CTEV atau Clubfoot adalah kelainan kaki Pengkor, yang dalam bahasa medis disebut dengan Congenital Talipes Equinovarus (CTEV)/Clubfoot. Kelainan tersebut merupakan bawaan pada telapak kaki anak, dimana satu atau kedua kaki memutar ke arah dalam atau ke bawah, hal ini disebabkan karena adanya kekakuan otot dan kondisi tendon Achilles yang pendek dengan peluang terjadi (21,9%) dengan prevalensi sebanyak sebanyak 0,76 - 3,49 dari 1000 kelahiran.
Direktur Rumah Sakit Emanuel Klampok, dr. Yos Kresno Wardhana, Sp.An., M.Sc mengatakan, kegiatan dihadiri oleh 45 peserta yang berprofesi sebagai bidan puskesmas serta 24 orang tua dari anak dengan CTEV.
Menurut dr Yos, Pusat Rehabilitasi YAKKUM (PRYAKKUM), sebagai lembaga non pemerintah yang bergerak pada pendampingan anak dengan clubfoot sejak tahun 2021 mendorong layanan terpadu untuk clubfoot/CTEV, penguatan metode Ponseti (non-bedah) dan penyediaan alat bantu sepatu koreksi/brace secara gratis untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak dengan kondisi kaki pengkor (clubfoot/CTEV) di Indonesia di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah dan Lampung.
“ Bidan banyak mengambil peran yang cukup besar. Apabila CTEV ditemukan di fase lebih awal, penanganannya lebih mudah dan lebih baik, nantinya anak memiliki kesempatan untuk pulih. Kita harus peduli karena anak dengan kondisi clubfoot akan memiliki resiko dibully oleh teman-teman di Sekolahnya," katanya.
PRYAKKUM dalam hal ini, akan membantu anak-anak sejak dini agar saat usia sekolah kakinya bisa pulih sehingga dapat meraih cita-cita dimasa depan. Melalui pelatihan tersebut, para bidan bisa tahu bagaimana program dieksekusi dan dievaluasi, sehingga bisa memberikan gambaran ke orang tua. "Bidan ini sangat berperan dalam Penanganan Clubfoot ini. Saya harap teman-teman Bidan juga bisa menambah SKP dari sini, selamat belajar dan selamat melayani sehingga bisa meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kabupaten Banjarnegara," katanya.
Kepala DKK Banjarnegara, dr. Latifa Hesti Purwaningtyas, M. Kes mengatakan, bidan berperan sebagai penolong. Dari proses persalinan hendaknya bisa melakukan deteksi sejak awal kondisi CTEV pada bayi yang ditolongnya. "Penanganan secara dini akan memberikan dampak baik bagi bayi karena akan dapat mengurangi efek samping dari kelainan tersebut yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak di fase selanjutnya, tentu saja ini akan memberikan dampak psikologis juga bagi orang tua," katanya.
Menurut dr Hesti, diperlukan keterlibatan dari berbagai pihak dalam penanganan clubfoot baik dari tenaga kesehatan yang membantu dalam proses persalinan, orang tua dari pasien dan keluarga, maupun fasilitas kesehatan sebagai tempat rujukan.
Diharapkan, setelah pelatihan ini para bidan tahu step-step yang akan dilaksanakan dan para bidan juga ikut mensosialisasikannya pada teman-teman di internal puskesmas, sehingga semua teredukasi tentang clubfoot.
Selaku narasumber, dr. Aris Kurniawan, Sp.OT mengatakan, kondisi clubfoot ini bisa disembuhkan. "Clubfoot bukanlah disabilitas permanen, akan tetapi bisa menjadi disabilitas permanen bila tidak ditangani dengan baik. Pentingnya diagnosis sedini mungkin karena ini akan membantu anak-anak tersebut meraih masa depan," katanya.
Project Manager Penanganan Clubfoot, Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Silvia Laurent mengatakan, sejak 2021 PRYAKKUM sudah menangani 36 Pasien, 14 pasien dari Banjarnegara, 10 dari Purbalingga, 10 dari Banyumas, dan 2 pasien lain dari Wonosobo dan Cilacap. "Kami memperkuat Klinik Ortopedi di Rumah Sakit Emanuel Klampok dengan Metode Ponseti, di samping itu kami juga memberikan stok sepatu koreksinya juga, sepatu koreksi ini digunakan sehingga anak berusia 5 tahun, sehingga ada pergantian kira-kira sampai 6 kali, sepatu koreksi ini kami berikan secara gratis dengan sistem dipinjamkan," katanya.
Selain itu, kata Silvia, juga memberikan pelatihan bagi para dokter juga tenaga kesehatan untuk memperkuat metode Ponseti dalam penanganan Clubfoot, pelatihan deteksi dini dan memberikan sistem pemantauan dalam kualitas penanganan.
Editor : Adel
Artikel Terkait