BANJARNEGARA,banjarnegara.inews.id – Sukaryo (97) warga Desa Sirukun Kecamatan Kalibening Banjarnegara merupakan satu dari sekian banyak orang yang menjadi saksi perjuangan pasukan sukarela saat terjadi perang dengan penjajah Belanda pada 13 Agustus 1949 atau 75 tahun lalu.
Sukaryo mengenang kembali peristiwa heroik yang terjadi di Jembatan Srengseng tahun 1949 atau 75 tahun lalu. Perang saat itu adalah heroiknya pejuang yang berhasil menghadang pasukan penjajah Belanda dan menjadi salah satu catatan penting dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda.
Pada saat itu, para pejuang telah menyiapkan strategi penghadangan terhadap pasukan Belanda yang hendak melintas. Sukaryo mengingat dengan jelas bagaimana rumah-rumah di sekitar jembatan dirobohkan untuk mempersulit pergerakan musuh. Di Jembatan Srengseng, mobil jip Belanda yang berisi 4-5 orang berhasil dijebak. Mobil tersebut ditembak bannya hingga berhenti. Sayangnya, rencana penghadangan ini sempat bocor akibat adanya pihak yang membocorkan informasi kepada Belanda.
Meskipun demikian, ketika mobil Belanda melintasi jembatan yang telah dimodifikasi oleh pejuang, jembatan tersebut langsung ambrol. Pasukan pejuang segera memberondong tembakan, menyisakan satu orang yang dibiarkan hidup karena ia adalah orang Jawa. Orang tersebut diduga melaporkan kejadian ini kepada pasukan Belanda di Paninggaran.
Beberapa jam kemudian, pasukan Belanda datang dengan jumlah yang lebih besar. Karena jembatan sudah hancur, pasukan penjajah berjalan kaki melalui jalur Simaling Paninggaran - Gamblok Gununglangit hingga melintasi jalan Bedana atau jalan tengah Sindu Kalibening. Sementara itu, tentara pejuang sudah menyingkir ke arah Plorengan. "Dalam serangan balasan ini, kampung di Dusun Tembolan, Plorengan, dibumihangus oleh pasukan Belanda karena tidak berhasil menemukan pasukan pejuang," kata Sukaryo.
Peristiwa ini menjadi saksi bisu dari keberanian para pejuang yang rela mengorbankan segalanya demi kemerdekaan Indonesia. Kini, di usianya yang senja, Sukaryo tetap mengenang peristiwa tersebut dengan rasa bangga dan haru, menyadari bahwa perjuangan mereka tidaklah sia-sia. Untuk mengenang perang tersebut, dibangun sebuah monumen prasasti di dekat jembatan Srengseng Desa Sikumpul Kalibening.
Editor : Adel
Artikel Terkait