get app
inews
Aa Read Next : Dilantik, GOW Harus Bersinergi Dengan Pemerintah Atasi Stunting dan Kemiskinan

BKKBN Apresiasi Pemprov Jateng Turunkan Stunting

Rabu, 14 Desember 2022 | 18:18 WIB
header img
Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin saat menerima penghargaan dari BKKBN terkait keberhasilan Pemprov Jateng menekan angka kasus stunting. Foto. iNewsBanjarnegara

SEMARANG,iNewsBanjarnegara.id - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memberikan apresiasi pada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang berhasil menurunkan angka stunting secara signifikan. 

Berdasarkan data hasil survei status gizi balita Indonesia tahun 2019, prevalensi stunting Jawa Tengah masih di angka 27,68 persen. Namun, pada tahun 2021, angka tersebut turun menjadi 20,9 persen.

Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Tengah Widwiono mengatakan, selama tahun 2019 hingga 2021, Jateng berhasil menurunkan stunting lebih cepat dari pemerintah pusat. Di tahun 2019, angka stunting nasional sama dengan Jawa Tengah, yakni sebesar 27 persen.

"Pada tahun 2021 kemarin, angka stunting Jateng turun drastis, bahkan jauh di bawah angka nasional yang masih pada angka 24 persen. Bahkan penurunan stunting di Jateng ini juga lebih cepat dibanding dua provinsi tetangga," ujarnya.

Dengan hasil ini, dia juga mengapresiasi kerja keras dan upaya Tim Percepatan Penurunan Stunting  (TPPS) Jateng yang telah berhasil menurunkan angka kasus stunting secara signifikan. Tak hanya itu, dia juga mengaku optimistis dengan komitmen bersama, Jateng bisa memenuhi target penurunan stunting hingga 2024 sebesar 14 persen.


Penghargaan diberikan pada Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen atas keberhasilan Jateng menekan angka stunting. Foto. iNewsBanjarnegara

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen memberikan apresiasi yang kerja keras TPPS, meski begitu dia juga mengatakan jika di Jateng ini masih banyak persoalan lain yang harus diperhatikan.

Target lain untuk menekan angka stunting di Jateng adalah dengan memberikan perhatian khusus bagi calon pengantin dan ibu hamil yang tentunya memiliki risiko melahirkan generasi stunting karena memiliki penyakit penyerta. 

"Perlu saya sampaikan juga, jumlah risiko stunting di Jateng ada 57 rujukan calon pengantin, ada 891 rujukan ibu hamil, dan 716 anak baduta (bawah usia dua tahun) menjadi rujukan. Ini potensi yang paling berisiko," katanya.


Dikatakannya, kasus stunting terjadi tidak hanya dipengaruhi faktor kemiskinan. Tetapi juga perilaku hidup bersih masyarakat. Sebesar 25 persen stunting, disumbang dari masyarakat yang status sosialnya menengah ke atas. 

Editor : Adel

Follow Berita iNews Banjarnegara di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut