Dusun Sodom Gomorah di Banjarnegara yang Lenyap Misterius dalam Semalam, Begini Kisahnya!

Untuk mencapai Dusun Legetang yang hilang tersebut, Anda bisa bertanya kepada tukang ojek yang biasa mangkal di kawasan Dieng, Wonosobo. Mereka mengetahui rute menuju Dusun Legetang, Desa Pekasiran, Kecamatan Batur.
Menurut cerita masyarakat sekitar, setiap malam warga dusun tersebut mengadakan tarian erotis yang dibawakan oleh para penari perempuan, yang akhirnya berujung pada perzinahan. Pada suatu malam, hujan lebat turun ketika masyarakat Legetang tenggelam dalam kemaksiatan. Namun, tengah malam hujan reda, dan tiba-tiba terdengar suara seperti benda yang sangat berat jatuh.
Pagi harinya, masyarakat sekitar yang penasaran dengan suara keras itu menyaksikan bahwa Gunung Pengamun-amun sudah terbelah, dan patahan itu menimbun Dusun Legetang. Dusun Legetang yang dulunya berupa lembah kini telah berubah menjadi gundukan tanah baru menyerupai bukit, dan seluruh penduduknya tewas.
Dikatakan bahwa sebelum kejadian itu, warga Dusun Legetang telah mengetahui bahwa Gunung Pengamun-amun memiliki retakan, sehingga mereka membuat lubang besar dengan harapan jika terjadi longsor, mereka bisa masuk ke dalam lubang tersebut. Namun, hanya satu orang yang selamat dari peristiwa itu, yaitu istri tertua kepala dusun Legetang, Bu Rana, yang asli Karangtengah.
Menurut keterangan warga lain, longsor tersebut terjadi pada malam pertengahan April 1955. Ketika itu, Indonesia baru merdeka selama 10 tahun, sehingga kekurangan ekonomi masih sering terjadi. Namun, Dusun Legetang sendiri dikenal subur dan makmur dalam hal makanan.
Di masa lalu, Dusun Legetang adalah daerah petani yang sukses dan makmur secara ekonomi. Mereka tidak mengalami kesulitan ekonomi karena panen yang melimpah. Akan tetapi, kebanyakan warga dusun tersebut tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Mereka terjebak dalam berbagai kemaksiatan, termasuk perjudian, perselingkuhan, dan minim dalam beragama. Hal ini karena agama pada saat itu masih belum diterapkan dengan baik di daerah tersebut.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta