SEMARANG,iNewsBanjarnegara.id-Wajah Kota Lama Semarang terus bersolek, bahkan berubahan sangat terasa jika dibandingkan dengan kondisi 10 tahun lalu. Jika dulu banyak ditemui bangunan rusak akibat usia, lingkungan kotor, dan sudut-sudut gelap, kini pemandangan tersebut tak lagi dijumpai. Kota lama kini sudah berubah menjadi tempat wisata yang kian nyaman.
"Harus diakui, kalau dulu kita ada di Kota Semarang atau di Kota Lama, kesannya mohon maaf, nggak baik. Akan tetapi saat ini kita sulap betul, beberapa tahun terakhir mulai kita perbaiki. Yang paling berat adalah bagaimana mindset masyarakat menilai Kota Lama Semarang ini. Itu yang paling berat," kata Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin, ketika menghadiri Rakernas IX Jaringan Kota Pusaka Indonesia di Ballroom Borsumij Heritage Kota Lama Semarang.
Menurutnya, upaya keras pemerintah bersama seluruh pemangku kepentingan untuk mengubah image Kota Lama Semarang, secara berangsur kini sudah mulai bisa dilihat hasilnya. Kunjungan wisatawan di Kota Lama Semarang yang menghadirkan destinasi wisata sejarah dan budaya, terhitung padat. Terutama di masa-masa liburan.
"Saat ini juga diberlakukan di waktu-waktu tertentu kendaraan bermotor tidak boleh melintas di Kota Lama ini. Sehingga, mereka kita ajak untuk berjalan kaki, menikmati Kota Lama yang copy paste dari Belanda atau dari negara Eropa, yang mana mereka tidak suka kebisingan. Mereka senang berjalan kaki. Maka mereka benar-benar diajak untuk menikmati keindahan Eropa di Jateng, di Indonesia," katanya.
Dikatakannya, hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Kota Lama, ada Alun-alun Kauman dan Pasar Johar, wisatawan juga bisa menyaksikan kehidupan masyarakat dari berbagai ras yang guyub dan rukun. Di lokasi itu, menjadi tempat tinggal bagi warga suku Jawa, Arab dan Tionghoa. Meski hidup berdampingan, tidak ada friksi di antara mereka.
"Tidak jauh dari sini, mungkin sekitar 500 meter atau satu kilometer, kita bisa menikmati bagaimana masyarakat Arab, Cina dan suku Jawa kumpul bareng, bergandengan, dikumpulkan. Dan yang menarik, di situ ada pasarnya juga. Artinya apa, pertumbuhan ekonomi itu bisa ditopang, bisa di push, ketika masyarakatnya bisa bersatu, bisa ber gotong royong, bisa bersama-sama, nggak ada gontok-gontokan," katanya.
Editor : Adel