Tim Ahli Cagar Budaya atau TACB, Dari Napak Tilas Menjadi Penjaga Sejarah

BANJARNEGARA,banjarnegara.iNews.id - Adanya keterbatasan ruang gerak dan dukungan, komunitas pelestari cagar budaya tetap menunjukkan eksistensinya yang vital dalam menjaga warisan sejarah. Semangat itu tergambarkan dalam webinar 'Kandhah Kuna' yang digelar oleh Banjoemaas Heritage and History Community (BHHC), Senin malam (10/3/2025).
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara, Heni Purwono, menuturkan perjalanan panjang dalam menginisiasi upaya pelestarian. Sejak 2015, Heni bersama beberapa siswa SMA menggelar napak tilas cagar budaya untuk menyadarkan masyarakat akan kekayaan sejarah Banjarnegara. “Tahun 2015 sudah kita mulai, dengan beberapa anak saja. Kemudian secara kelembagaan, saya juga surati Dinparbud dan DPRD untuk segera membentuk Tim Ahli Cagar Budaya, baru terwujud 2023 lalu,” ujar Heni.
Perjuangan tak sia-sia meskipun upaya penyadaran tidak dapat dilakukan secara instan, perubahan perlahan mulai terasa. Heni menyadari pentingnya keterlibatan komunitas dalam mendorong berbagai pihak untuk melestarikan cagar budaya.
“Banjarnegara punya potensi cagar budaya dari setiap era klasik Hindu-Buddha, masa Islam, kolonial, hingga kontemporer. Tapi perlindungan dan pelestariannya masih sangat kurang,” katanya.
Peran komunitas menjadi semakin penting ketika TACB sendiri memiliki keterbatasan dalam pengetahuan lapangan. “Komunitas membantu dan memberikan informasi mengenai objek dugaan cagar budaya (ODCB), sehingga sangat mendukung kerja TACB. Selain komunitas,media massa juga berperan aktif sehingga masyarakat jad paham pentingnya menjaga warisan sejarah,” tambah Heni.
Founder Banjoemas History and Heritage Community atau BHHC, Jatmiko Wicaksono, membagikan kisah sukses komunitas di Banyumas dalam menyelamatkan Pabrik Gula Kalibagor yang cerobongnya nyaris dirobohkan. Ia menekankan bahwa kolaborasi dan jejaring antar-komunitas menjadi kunci keberhasilan advokasi cagar budaya.
“Ternyata kalau komunitas mau bergerak, mereka tidak sendiri. Banyak pihak yang peduli terhadap sejarah kotanya. Narasi sejarah bisa menjadi penggerak banyak hal seperti pariwisata, tata ruang, ekonomi, dan lainnya,” jelas Jatmiko.
Ketua BHHC, Gerry Liem, juga menambahkan bahwa kegiatan Kandhah Kuna akan menjadi agenda rutin setiap bulan sebagai ruang diskusi tentang sejarah dan cagar budaya, khususnya di Banyumas Raya. Selain itu, jelajah sejarah kota yang sudah belasan tahun dilakukan BHHC terus menjadi wahana edukasi langsung kepada masyarakat.
Webinar malam itu menjadi bukti bahwa komunitas, meskipun memiliki keterbatasan, tetap mampu menggugah kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga cagar budaya. Peran mereka tak hanya sebagai penggerak lokal, tetapi juga sebagai inspirasi untuk bergerak bersama melestarikan jejak sejarah bangsa.
Editor : Adel