get app
inews
Aa Text
Read Next : Tim Ahli Cagar Budaya atau TACB, Dari Napak Tilas Menjadi Penjaga Sejarah

Rendra Agusta: Banyak Naskah Kuno Disakralkan Tapi Tak Dimanfaatkan

Selasa, 15 April 2025 | 20:24 WIB
header img
Kepala Disarpus Banjarnegara saat memaparkan materi pentingnya telaah terhadap fakta sejarah dalam naskah kuno, Selasa (15/4)_Dok Disarpus Banjarnegara

BANJARNEGARA,Banjarnegara.iNews.id – Di balik lembaran-lembaran tua yang usang, tersimpan warisan leluhur yang kaya akan nilai sejarah dan budaya. Sayangnya, banyak naskah kuno di Indonesia lebih diperlakukan sebagai pusaka sakral ketimbang sebagai pustaka yang bisa dipelajari dan dimanfaatkan secara luas. Kesadaran akan pentingnya pelestarian naskah kuno kini menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah dan masyarakat.

Hal ini diungkapkan oleh filolog dari Sraddha Institute Surakarta, Rendra Agusta, dalam Sosialisasi Penelusuran Naskah Kuno yang digelar Dinas Arsip dan Perpustakaan (Disarpus) Kabupaten Banjarnegara, Selasa (15/4/2025), di Aula Sasana Bhakti Praja. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Dana Alokasi Khusus Non Fisik Perpustakaan Nasional.

"Naskah kuno itu bukan hanya babad atau cerita sejarah. Arsip pertanahan desa pun termasuk, selama berusia lebih dari 50 tahun, ditulis tangan, dan memiliki nilai penting," jelas Rendra. Ia menekankan bahwa dalam proses penelusuran, peneliti harus menghormati kearifan lokal. Menurut Rendra, beberapa masyarakat menganggap naskah kuno sebagai benda sakral, bahkan sebagai jimat.

Rendra juga menyoroti potensi besar dari pemanfaatan naskah kuno, yang tak hanya berfungsi sebagai dokumen sejarah, tetapi bisa menjadi inspirasi dalam industri kreatif, alat mitigasi bencana, hingga pengembangan wisata edukatif berbasis living philology.

Ia mencontohkan kisah masyarakat Tengger yang sempat kehilangan rapalan mantra adat karena naskahnya berada di Inggris selama 250 tahun. "Naskah itu akhirnya bisa kembali berkat penelusuran dan penerjemahan," ujarnya. Ia juga menyebut bahwa sejarah bencana alam dalam naskah kuno bisa menjadi pelajaran penting, seperti tsunami di Palu atau letusan Krakatau.

Sementara itu, Kepala Museum Sonobudoyo Yogyakarta, Ery Sustiyadi, mengingatkan pentingnya merawat naskah kuno dengan penuh kehati-hatian. "Merawat naskah seperti merawat manusia. Pencegahan lebih baik daripada perbaikan, karena naskah yang rusak sulit dipulihkan," kata Ery.

Kepala Disarpus Banjarnegara, Arief Rahman, menyebutkan bahwa saat ini banyak naskah kuno belum teridentifikasi dan hanya tersimpan secara individu. “Kami ingin memetakan, menginventarisasi, dan membangun pangkalan data naskah kuno untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya dokumen sejarah ini,” ungkapnya.
Dukungan juga datang dari Bupati Banjarnegara, Amalia Desiana, yang disampaikan oleh Asisten Administrasi Setda Banjarnegara, Dalmini. Ia berharap peserta kegiatan bisa menjadi pionir dalam pelestarian sejarah lokal. "Sejarah Banjarnegara yang telah berlangsung selama 454 tahun pasti menyimpan banyak catatan penting yang harus didokumentasikan untuk generasi mendatang," ujarnya.

Salah satu peserta sosialisasi, Kepala Desa Tlagawera Gunawan Wahyu Sudrajat, merasakan langsung manfaat naskah kuno. “Peta masa kolonial yang kami temukan ternyata sangat membantu menyelesaikan konflik agraria di desa kami,” ungkapnya.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat, naskah kuno tak hanya menjadi pusaka yang disakralkan, tetapi juga pustaka yang membuka cakrawala pengetahuan dan masa depan.

 

Editor : Adel

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut