BANJARNEGARA,iNewsBanjarnegara.id-Belajar di Pondok Pesantren bukan menjadi penghalang untuk menekuni seni peran. Hal ini dibuktikan dengan dua alumni Pondok Pesantren Sunan Pandanaran (PPSPA) Yogyakarta yang bermain dalam Film Cristine Tidak Seperti Yang Kamu Lihat.
Film Cristine bergenre horor debutan dari Arci Film Company ini memberi warna tersendiri dalam dunia sineas. Selain dibintangi oleh artis kawakan seperti Nova Eliza, Septian Dwi Cahyo, artis muda Jasmin Elfira, Yusuf Mahardika, Zoe Levana, Agnes Naomi, serta Ustadz Asmar Lambo, juga dua alumni pondok pesantren Sunan Pandanaran yakni Ustadzah Quatus Sobaroh dan Maula Asadillah
Film Cristine sendiri merupakan pengalaman sang prosuder Arci Film Company yang juga seorang ustadz diramu dengan ciamik oleh Sutradara Harris Cinnamon. Hal ini menjadikan Cristine Tidak Seperti yang Kamu Lihat menjadi film horor yang sangat menantang dan menguras emosi penonton.
Kehadiran ustadz Asmar Lambo dengan karakter dan suara yang khas membuat film ini menjadi lebih kuat, terlebih sang sutradara membesut film ini berbeda dengan kebanyakan film horor yang sudah ada.
Sang sutradara Harris Cinnamon juga ingin film yang dibesutnya ini benar-benar berbeda dari kebanyakan horor yang sudah ada, kerana itu ia merekrut alumni Pondok Pesantren Sunan Pandanaran yang juga seorang penghafal Qur’an untuk memerankan Bu Marni, seorang dosen yang berinteraksi langsung dengan Cristine sebagai mahasiswanya, tak sekedar itu, ia juga mendapuk Maula Assadillah sebagai Rabak.
Tentu, hal ini menjadi satu apresiasi tersendiri bagi dunia Pesantren, bahwa anak anak pondok tak hanya bisa mengaji, berceramah, atau menggeluti dunia yang linier dengan pendidikannya, lebih dari itu harapan Haris Cinnamon, bahwa ke depan akan makin banyak anak-anak pesantren yang bisa mengisi ruang ruang kreatif di dunia senin peran, khususnya film layar lebar.
"Meski berlatar belakang Pondok Pesantren Ustadzah Quatus Sobaroh dan Maula Asadillah ini ternyata juga sangat piawai membawakan perannya masing-masing, Blitz lampu kamera tak membuat mereka ‘gugup’atau ‘ kaku’ untuk berlakon di film ini," ujarnya.
Dengan kehadiran dua alumni pesantren dalam film Cristine, sang sutradara berharap dapat memberikan motiovasi bagi adik kelas maupun para santri yang ada di Pesantren, meski berada dipesantren, ternyata bisa melahirkan para penggiat seni peran, dan membuat jurusan Broadcast sebagai jawaban atas kebutuhan zaman yang tak dapat dihindari.
"Kita bisa memberi warna dakwah, dimanapun kita berada," Ujar mereka berdua kompak.
Yapz, inilah salah satu keunikan Film Cristine, meski bergenre Horor, namun tetap memiliki nilai edukasi yang bisa dinikmati oleh setiap penontonnya, tepatlah jika Sutradara Haris Cinnamon menyebut ini ‘HOROR PUTIH.
Editor : Adel
Artikel Terkait