BANJARNEGARA,banjarnegara.iNews.id - Tempe telah lama menjadi makanan favorit masyarakat Indonesia karena harganya yang terjangkau, mudah diolah, dan kaya gizi. Selain itu, tempe juga menjadi alternatif pengganti daging yang populer di kalangan vegan dan vegetarian. Namun, bagaimana jika tempe dapat bertahan lebih lama tanpa kehilangan kualitasnya bahkan diekspor ke luar negeri ?
Dua pondok pesantren di Indonesia, Pondok Pesantren Alif Baa Banjarnegara dan Pondok Pesantren Taruna Al Qolam Deli Serdang, Sumatera Utara, telah menginisiasi produksi tempe higienis berkualitas tinggi yang mampu bertahan hingga beberapa tahun tanpa merusak cita rasa dan kandungan gizinya.
KH Khayatul Maki atau Gus Khayat, Pengasuh Ponpes Alif Baa Banjarnegara, menjelaskan bahwa program santripreuner tempe higienis ini bertujuan menciptakan wirausaha mandiri bagi para santri. "Kami ingin membekali para santri dengan keterampilan nyata agar mereka dapat menghasilkan produk sehat dan higienis, berbeda dari produksi tempe pada umumnya," ujarnya.
Menurut Gus Khayat, program ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan tempe di pesantren dan bahkan berpotensi untuk skala internasional. Teknologi yang diterapkan dalam produksi tempe ini memungkinkan produk bertahan lama untuk diekspor tanpa mengurangi kualitasnya. Pihaknya juga siap berbagi ilmu kepada pondok pesantren lain yang ingin mengembangkan usaha tempe higienis ini.
Menariknya, meskipun memiliki kualitas yang jauh lebih baik, tempe hasil produksi ini tidak mahal. Bahkan, sejajar harganya dengan tempe pada umumnya. "Konsep kami ingin memberikan tempe sehat bergizi untuk santri dan juga masyarakat," ujar Gus Khayat.
Senada dengan itu, Ustadz Ari Handoko, Pengasuh Ponpes Taruna Al Qolam Deli Serdang, menegaskan bahwa tempe produksi pesantren ini memiliki perbedaan signifikan dengan tempe konvensional. "Kami sangat mengutamakan higienitas dan kesehatan dalam setiap proses produksi. Ada berbagai treatment khusus yang diterapkan kepada kedelai agar menghasilkan tempe yang berkualitas tinggi dan tahan lama," ungkapnya.
Ustadz Ari bukan sekadar penggiat produksi tempe lokal. Ia telah melanglang buana ke berbagai negara, termasuk Eropa, Amerika, dan Asia, untuk mengajarkan teknik produksi tempe higienis. Di Indonesia sendiri, ia telah membantu banyak pesantren di Sumatera Utara untuk mandiri dalam produksi tempe, yang bahkan mampu menghemat pengeluaran hingga Rp30 juta per bulan.
Rahasia keawetan tempe produksi mereka terletak pada higienitas dan metode pengolahan khusus yang telah diuji di berbagai laboratorium dan kampus di Sumatera. Pemilihan bahan baku menjadi faktor kunci, di mana hanya kedelai berkualitas terbaik yang digunakan. Selain itu, peralatan produksi menggunakan stainless steel, suhu ruangan penyimpanan diatur dengan cermat, dan kemasan menggunakan plastik khusus makanan agar tempe tetap awet.
Dengan inovasi ini, tempe tidak hanya menjadi konsumsi lokal tetapi juga memiliki peluang besar untuk menembus pasar ekspor. Kesuksesan santripreuner tempe higienis ini menjadi inspirasi bagi banyak pesantren lain untuk mengembangkan ekonomi berbasis kemandirian, sekaligus membawa produk khas Indonesia ke kancah internasional.
"Ilhamnya dari kisah Ashabul Kahfi, ada makhluk hidup yang ditreatment hingga bisa awet sekian ratus tahun. Tempe ini kan makhluk hidup, bagaimana kisah tersebut orangnya masih utuh, semuanya masih utuh. Inilah yang membuat kami meriset kedelai agar bisa awet sekian tahun, tidak berubah rasa dan bentuknya," kata Ustadz Ari.
Editor : Adel
Artikel Terkait