Sawah Blok Sindu Dikepung Tikus, Petani Minta Pemerintah Turun Tangan

GH Cahyono
Sejumlah anggota TNI Koramil Kalibening bersama petani Blok Sindu saat melakukan pengecekan pada sawah yang diserang hama tikus, Minggu (27/4)_GH Cahyono

BANJARNEGARA,banjarnegara.iNews.id – Winarto, 54 tahun, tak banyak bicara saat melintasi sawahnya di Desa Bedana, Kecamatan Kalibening, Minggu pagi, 27 April 2025. Di hadapannya, padi yang mestinya menua dengan cantik justru rebah dan berlubang. Hama tikus menyerang, dan tak banyak yang bisa ia lakukan selain memanjatkan doa di sela langkahnya.

Di hadapannya, hamparan padi yang seharusnya mulai menguning perlahan menua dengan aneh. Batang-batang di tengah petakan sawah tampak kusam, sebagian bolong bekas gigitan tikus. "Padahal padi baru saja masuk fase 'meteng' atau mulai hamil membentuk buah," kata Winarto, Minggu (27/4).

Menurut Winarto, serangan tikus sebenarnya telah terjadi sejak dua pekan lalu. Namun, para petani baru menyadari skala kerusakannya tiga hari belakangan. "Awalnya kami kira biasa saja. Tapi makin hari, tanaman berubah warna, menguning, lalu roboh," ujarnya.

Kali ini, kata Winarto, serangan tikus jauh lebih ganas dibanding musim-musim sebelumnya. Tikus-tikus itu menyerang tanaman usia 60–70 hari setelah tanam yaitu masa kritis pembentukan bulir padi.

Hal serupa disampaikan Meji, petani lain dari Bedana. Biasanya, gangguan hama terjadi di awal musim tanam atau saat padi baru membentuk anakan. Namun kini, tikus justru menggempur di fase pertumbuhan padi yang vital. "Kalau dulu cuma satu dua batang yang rusak, sekarang tengah sawah bisa habis, tinggal pinggirannya," katanya.

Para petani, kata Meji, sudah melakukan berbagai upaya: memasang jebakan, mengasapi lubang tikus, hingga menggelar gropyokan massal. Namun, tikus-tikus itu tampak semakin lihai. "Mau gropyokan takut merusak tanaman. Dikasih racun juga tikus-tikusnya seperti sudah paham itu jebakan," keluhnya.

Yanto, petani lain di Blok Sindu, menambahkan bahwa serangan tikus terjadi hampir merata di seluruh lahan pertanian wilayah itu. Ia berharap pemerintah turun tangan segera. "Kami mohon dinas terkait jangan hanya kasih racun. Lihat sendiri kondisi tanaman padi kami," katanya.

Yanto juga menyarankan pengendalian berbasis ekologi. Menurutnya, hilangnya predator alami tikus seperti burung hantu menjadi salah satu sebab lonjakan populasi hama tersebut. "Kami minta difasilitasi burung hantu. Sekarang di sini hampir tidak ada lagi," katanya.

Koordinator Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Kalibening, Heri Misanto, membenarkan laporan serangan hama tikus ini. Menurut Heri, beberapa kelompok tani telah melapor dan pihaknya sedang menyiapkan langkah darurat. "Dalam waktu dekat, kami akan distribusikan racun tikus dan mercon asap ke kelompok tani terdampak," katanya.

Namun soal potensi gagal panen, Heri mengaku belum bisa memprediksi. Ia menyarankan petani memperbanyak pemasangan perangkap selama masa tanam dan menggelar gropyokan serentak setelah panen. "Langkah kolektif harus dilakukan agar tikus tidak makin berkembang," ujarnya.

Editor : Adel

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network