get app
inews
Aa Read Next : Usai Dilantik, Pj Gubernur Jateng Siap Lanjutkan 'Mboten Korupsi Mboten Ngapusi'

Tradisi Gebyuran Warga Kampung Bustaman Jelang Ramadan

Senin, 20 Maret 2023 | 15:41 WIB
header img
Tradisi Gebyuran dan perang air jelang ramadan menjadi satu potensi wisata yang ada di Kota Semarang. Foto. dok. Pemprov Jateng.

SEMARANG,iNewsBanjarnegara.id-Masyarakat Indonesia memiliki banyak cara dan tradisi unik setiap jelang ramadan, tidak hanya nyadran maupun ziarah makam pada keluarga yang sudah meninggal dunia, tetapi juga ada tradisi padusan (mandi) bersama jelang datangnya bulan ramadan.

Tradisi unik masyarakat jelang ramadan ini juga bisa menjadi daya tarik wisata, seperti tradisi 'Gebyuran' atau mandi bersama yang dilakukan warga Kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan Kota Semarang.

Pada kesempatan ini, tradisi Gebyuran Kampung Bustaman ini dihadiri oleh Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, bahkan saat memasuki lokasi kegiatan, wagub langsung disambut warga yang sudah lengkap dengan atribut dan pakaian adat, termasuk topeng ireng dan kostum lainnya.

Orang nomor dua di Jateng ini disambut dengan lantunan sholawat mulai dari gang masuk hingga Masjid Al Mubarokah, Bustaman sebagai pusat kegiatan Gebyuran warga Kampung Bustaman. Sesampainya di tempat acara, Taj Yasin langsung mendapatkan olesan warga pada bagian wajah oleh sesepun kampung sebagai simbul bahwa manusia tidak luput dari kesalahan.

"Ini unik, dan kami berharap kegiatan ini bisa ditingkatkan dan menjadi agenda wisata jelang ramadan. Untuk itu, kami sudah membicarakan dengan Kepala Dinas Pariwisata Kota Semarang untuk masuk dalam kalender wisata tahunan Kota Semarang," kata Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin.

Setelah prosesi awal selesai, Wakil Gubernur Jateng kemudian melanjutkan tradisi Gebyuran dengan menyiramkan air pada beberapa anak sebagai simbul memversihkan diri sebelum ramadan. Usai prosesi Gebyuran, sejumlah warga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa langsung melakukan perang air antar sesama. Meski begitu, para peserta tidak menyimpan dendam maupun marah pada sesama.

"Warga ini seluruhnya keluar untuk lempar lemparan air, simbol dari apa yang dilakukan Kyai Bustam, untuk memandikan cucunya. Dan yang menarik disini adalah tidak ada yang boleh dendam, marah atau apapun. Dan tradisi ini merupakan satu simbul membersihkan diri sebelum ramadan, mungkin saja selama bergaul, ada perkataan atau prilaku yang membuat amarah, di sini semua saling memaafkan dan meminta maaf," ujarnya.

Editor : Adel

Follow Berita iNews Banjarnegara di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut