BANJARNEGARA,iNewsBanjarnegara.id-Setiap wilayah tentu memiliki budaya dan kearifal lokal yang berbeda, termasuk dengan warga Kampung Gagot, Desa Kutawuluh, Kecamatan Purwanegara, Banjarnegara uang memiliki tradisi Takiran pada setiap Jumadil Akhir dalam penanggalan Hijriyah.
Tradisi Takiran berasal dari kata Nata Pikir, sehingga melalui kegiatan ini, masyarakat mulai mempersiapkan diri dan menata diri hingga dua bulan kedepan menyambut datangnya bulan ramadan.
Takiran yang dilakukan warga Kampung Gagot Banjarnegara ini sengaja dilakukan untuk tetap mejaga tradisi leluhur serta sebagai sarana untuk menjalin silaturahmi dan ungkapan rasa syukur warga pada sang pencipta.
Amrullah, tokoh pemuda desa sekaligus Owner Eduwisata Kampung Gagot menyebutkan jika kegiatan takiran atau makan bersama pada, Sabtu (21/1/2023) ini diawali dengan bersih-bersih kampung, jalanan, hingga ke makam sesepuh yang ada di wilayah tersebut.
"Kita melakukan ziarah ke makam Kiyai Gagot yang merupakan sesepuh desa ini, tokoh ini pula yang menjadikan kampung ini dinamai sebagai kampung Gagot, beliau adalah sesepuh sekaligus tokoh yang erat kaitannya dengan babad tanah Jawa bersama Syekh Subakir," katanya.
Selama kegiatan, seluruh warga kampung bersama-sama membersihkan lingkungan, termasuk hingga ke makam dan melakukan doa bersama, sementara kaum ibu menyiapkan aneka makanan lengkap dengan lauknya yang akan dimakan bersama di jalanan kampung.
Tradisi Takiran warga Kampung Gagot Banjarnegara. Foto. dok Kampung Gagot.
"Ini merupakan satu rasa dan ungkapan syukur masyarakat Kampung Gagot atas berkat nikmat dari sang pencipta. Tak hanya itu, takiran yang bertepatan dengan Jumadil Akhir dalam penanggalan Hijriyah ini juga sebagai sarana menjalin silaturahmi serta mengajak semua untuk mulai menata pikirannya dan bersiap menyambut bulan ramadan yang akan datang dua bulan lagi," katanya.
Tradisi takiran ini merupakan agenda rutin tahunan warga kampung, selain mempersiapkan bulan ramadan dan ungkapan rasa syukur. Takiran ini juga bisa menjadikan masyarakat Kampung Gagot, bisa saling mengenal dan bersilaturahmi dan menikmati hidangan yang berasal dari masyarakat juga.
"Jadi isi takir ini nasi bersama lauknya, dan semua akan dijajar di jalan. Setelah berdoa, kita makan bersama. Masyarakat juga saling bertukar takir untuk dimakan, sehingga persaudaraan yang ada akan semakin kuat," katanya.
Tradisi ini juga sekaligus menjaga dan melestarikan kearifan lokal yang sudah turun temurun. Takiran ini juga memiliki falsafah sebagai penambah semangat masyarakat untuk terus dan selalu bersyukur.
Editor : Adel
Artikel Terkait