BANJARNEGARA,iNewsBanjarnegara.id-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara melakukan pelatihan Pengkajian Kebutuhan Pasca Bencana (Jitupasna) pada relawan bencana dan masyarakat di Banjarnegara.
Pelatihan ini merupakan bagian dari kesiapan dan peningkatan SDM para relawan dan masyarakat dalam penanganan pasca bencana di Banjarnegara, khususnya pada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.
Pelatihan yang diikuti oleh 60 peserta dari berbagai unsur mulai dari OPD, kecamatan, perangkat desa, hingga masyarakat ini dilakukan untuk meningkatkan kesadaran serta kemampuan para relawan dan masyarakat dalam kebutuhan pasca bencana.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Banjarnegara Aris Sudaryanto mengatakan, pelatihan Jitupasna ini sengaja dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan SDM para relawan di Banjarnegara, khususnya dalam penanganan pasca terjadinya bencana.
Hal ini sangat penting karena adanya bencana ini bisa mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Jitupasna ini merupakan satu pelatihan peningkatan SDM dalam pengkajian dan penilaian akibat serta analisis dampak bencana, termasuk kebutuhan masyarakat setelah terjadinya bencana.
"Pelatihan ini berkaitan dengan pengkajian dan penilaian akibat, analisis dampak dan perkiraan kebutuhan pasca bencana, yang menjadi dasar bagi penyusunan aksi rehabilitasi dan rekonstruksi. Dari pelatihan ini, peserta dilatih untuk melakukan analisis kerugian yang ditimbulkan akibat bencana," kataya.
Menurutnya, narasumber yang dihadirkan dari pelatihan ini merupakan ahli dan sudah matang dan memiliki banyak pengalaman, termasuk dalam penanganan serta ancaman bencana yang lebih kompleks.
"BPBD Cilacap sudah berdiri sejak 2008, dan lembaganya langsung eselon II. Mereka punya banyak pengalaman dengan wilayah kerja luas, serta ancaman bencana lebih kompleks," katanya.
Sementara itu Asisten Pemerintahan dan Kesra Tursiman mengatakan, pelatihan ini menjadi sangat penting, mengingat 70 persen wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah rawan bencana.
Bahkan beberapa wilayah termasuk wilayah rawan bencana dengan risiko tinggu, terutama tanah longsor dan pergerakan tanah.
"Pelatihan ini juga sebagai upaya bagaimana menurunkan tingkat risiko dan meminimalisir dampak dari adanya bencana kerusakan, kerugian, serta trauma psikologis para korban bencana," katanya.
Menurutnya, satu unsur terpenting dalam penanganan bencana adalah keakuratan informasi dan kecepatan tindakan. Dia berharap adanya pelatihan ini para peserta dapat menerapkan ilmu Jitupasna di lapangan dengan baik.
"Tentunya informasi yang lengkap terkait kerusakan, kerugian, dan kebutuhan pasca bencana begitu berarti bila disampaikan oleh seorang yang memiliki pengetahuan Jitupasna," katanya.
Editor : Adel
Artikel Terkait