Kisah Pilu Seorang Buruh di Banjarnegara, Terluka Hingga Kehilangan Pekerjaan

GH Cahyono
Ilustrasi: korban justru merasa menjadi pihak yang salah akibat stigma masyarakat yang belum tahu_istimewa

BANJARNEGARA,banjarnegara.iNews.id - Di sebuah rumah sederhana di Desa Kalipelus, Kecamatan Purwanegara, Kabupaten Banjarnegara, seorang pemuda berusia 22 tahun hanya bisa terbaring lemah. Namanya TFN. Sejak awal April 2025, hari-harinya berubah total. Bukan karena sebuah kecelakaan atau penyakit, tetapi karena luka dalam yang ditorehkan oleh perempuan yang ia percayai dan cintai.

TFN menjadi korban penganiayaan. Ironisnya, pelaku adalah perempuan yang akan dijadikan pasangan hidupnya. Kejadian memilukan itu berlangsung pada Jumat petang, 4 April 2025, saat TFN sedang menjalankan salat Magrib di tempat kos kekasihnya, di Kelurahan Semampir, Banjarnegara. "Anak saya sedang salat, lalu ditusuk dari belakang," tutur Sukriyo, ayah TFN, dengan suara yang berat menahan emosi. Luka tusuk itu bukan satu atau dua tetapi delapan yaitu tiga di punggung, tiga di perut, dan satu di telapak tangan saat mencoba menahan serangan.

Dengan tubuh bersimbah darah, TFN berteriak minta tolong. Pemilik kos yang mendengar jeritannya langsung membawa TFN ke rumah sakit. Nyawanya berhasil diselamatkan, tetapi luka fisik dan batin yang ditinggalkan belum kunjung pulih.

Sampai saat ini, kasus penganiayaan tersebut masih bergulir di kepolisian. Namun, pihak keluarga mengaku belum mendapat kejelasan hukum. Sementara itu, beban hidup terus menumpuk. Biaya pengobatan sebesar Rp9,5 juta masih menggantung. Kartu identitas Sukriyo harus ditinggal di rumah sakit sebagai jaminan. "Anak saya bahkan merasa malu untuk keluar rumah. Banyak yang malah menyalahkan dia, padahal dia korban," kata Sukriyo lirih.

Yang lebih menyesakkan, TFN yang menjadi tulang punggung keluarga kini kehilangan pekerjaannya. Saat ia mengajukan izin sakit kepada perusahaan tempatnya bekerja, TFN justru diminta untuk mengundurkan diri. "Saya cuma minta izin tiga bulan buat pemulihan. Tapi mandor malah nyuruh saya resign. Saya bingung padahal setelah sembuh saya masih ingin kerja." kata TFN.

Motor yang biasa ia gunakan untuk bekerja pun kini harus tertahan di kantor polisi sebagai barang bukti. Sedangkan di rumah, ibu TFN tak henti menangis melihat anaknya yang kini lebih banyak diam, penuh rasa takut, dan trauma yang belum sembuh.

Ketika dihubungi, RN mandor perusahaan menyatakan bahwa TFN sendiri yang mengajukan pengunduran diri lewat nomor HP ayahnya. Pernyataan ini dibantah oleh keluarga.

Di tengah proses hukum yang masih terus berjalan, TFN dan keluarganya hanya berharap satu kepastian. Bukan hanya untuk luka yang terlihat, tetapi juga untuk luka yang diam-diam terus menggerogoti hati.

Editor : Adel

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network